Categories

Labels

>> Senin, 31 Oktober 2011

SEHAT & AMAN : Jenis-Jenis Ikan Terapi


Pememeliharaan kesehatan dan pengobatan saat ini banyak dilakukan orang berupa upaya-upaya alternatif, bahkan sudah merupakan kebutuhan yang terus menerus dicari. Fenomena ini sangatlah wajar karena factor kesehatan dan pengobatan merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat ditunda-tunda dan tidak bisa disepelekan sedikitpun.

Jenis ikan asli Indonesia Nilem (Osteochilus hasseltii) di kolam percobaab Puslit Biologi-LIPI.

Sementara pemeliharaan dan pengobatan secara medis sebagian orang terindikasi berpandangan miring seolah-olah sedang banyak persoalan, terutama menyangkut biaya yang umumnya menganggap relatif mahal.
Salah satu metoda altrnatif yang tengah digandrungi orang adalah Usaha Jasa Terapi yang bersifat Alami. Jasa tersebut diantaranya adalah berupa Pijat Terapi dengan ikan (Ichthyotherapy), yang akhir-akhir ini sedang banyak digandrungi orang dan umumnya berlokasi di ruang-ruang tertutup (indoor), seperti di Mal dan Hotel yang terkadang dipadukan dengan Spa. Namun belakangan mulai muncul juga yang diselenggarakan di luar ruangan atau di alam terbuka (outdoor) seperti di Situ Cibulan, Kuningan Jawa Barat dan satu lagi di lokasi yang telah mulai dibuka tanggal 5 Juni 2010 di Taman Wisata Matahari, Cisarua, Puncak, Kabupaten Bogor. Jenis ikan terakhir ini yang terus diteliti, digali secara lebih ilmiah tentang manfaatnya dan akan dikembangkan oleh Peneliti Ikan di Puslit Biologi – LIPI.
Ikan asli Indonesia banyak jenis yang dapat dipilih. Yang menarik adalah ikan yang telah dan akan dipakai terapi di dua tempat, diselenggarakan di luar ruangan tersebut di atas, yakni di alam terbuka yang notabenenya di kolam-kolam, seperti di Kuningan dan di Taman Wisata Matahari. Menarik karena jenis yang dipakai terapi adalah jenis ikan asli Indonesia (Native Species), yakni ikan Nilem Mangut (
Osteochilus hasseltii), bukan Garra rupa (ikan impor dari Turki).

Jenis ikan yang populer saat ini umumnya adalah jenis ikan Gara rupa yang berasal dari Luar Negeri yakni dari Turki, tragis memang, kenapa harus jenis ikan import. Sementara ikan asli Indonesia banyak jenis yang dapat dipilih. Yang menarik adalah ikan yang telah dan akan dipakai terapi di dua tempat, diselenggarakan di luar ruangan tersebut di atas, yakni di alam terbuka yang notabenenya di kolam-kolam, seperti di Kuningan dan di Taman Wisata Matahari. Menarik karena jenis yang dipakai terapi adalah jenis ikan asli Indonesia (Native Species), yakni ikan Nilem (Osteochilus hasseltii).


Sekedar meluruskan nama jenis ikan terapi yang bernama Garra rufa dan Cyprinion macrostomus adalah dua jenis ikan yang berbeda walaupun satu famili (suku) Cyprinidae. Lengkapnya nama ilmiah ikan-ikan tersebut adalah Garra rufa (Goren 1974) dengan nama lain (synonim) adalah Discognathus rufus Heckel 1843, dan Cyprinion macrostomus (Banarescu & Herzig-straschil 1995). Distribusi di alam Garra rufa adalah Aleppo, Syria, sedangan Cyprinion macrostomus adalah Aleppo, Syria, Mosul, Irak. Garra rufa sendiri memiliki beberapa kerabat yang satu Genus Garra dengan distribusinya di negara lain, yakni di dua negara Asia, namanya adalah Garra taeniata Smith 1931 dengan distribusi di alam adalah Thailand, dan Garra borneensis (Roberts 1989) dengan distribusi di alamnya di Borneo (Kalimantan)).


Gambar kiri : Jenis ikan
Osteochilus hasseltii (asli ikan alam Indonesia); Kanan gambar: struktur mulut ikan yang terdiri dari jonjot-jonjot otot yang berrumbey-rumbey, organ ini untuk therapy dengan berfungsi seperti alat kesehatan “Bekam” (kop penyedot), yang dapat mengisap-ngisap kulit, otot dan menyentuh simpul-simpul syaraf dengan cara diisap-isap oleh organ mulut ikan ini. Kulit tidak akan luka karena mulut tidak bergigi/bertulang. Jenis ikan ini sagat relevan dipakai untuk therapy di alam terbuka (outdoor).
Nilem Mangut (Osteochilus hasseltii)
Ikan Nilem sebenarnya salah satu jenis dari keanekaragaman ikan asli Indonesia, yang merupakan kekayaan alam Indonesia, Nilem sebenarnya paling umum bagi orang Pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatra, karena di alam terdistribusi di daerah tersebut. Jenis ikan ini termasuk ikan konsumsi, terkenal dengan rasa gurih dan teristimewa karena mempunyai kandungan telor yang banyak, orang daerah Jawa Barat terbiasa dengan pepes telor ikan nilem yang dicampur nasi. Di alam masih relatif banyak tersebar dibeberapa perairan umum, habitatnya berupa sungai, danau dan rawa, serta telah lama menjadi ikan budidya di kolam-kolam. Sayangnya jenis ikan asli ini semakin terdesak keberadaannya oleh ikan-ikan pendatang. Nilem Mangut termasuk suku Cyprinidae satu kerabat dengan ikan mas, tawes dan ikan suku Cyprinidae lainnya. Identitas jenis ikan ini memiliki tulang bercabang sirip punggung berkisar 12 – 18,5 dan bibirnya tertutup oleh lipatan kulit, serta tidak memiliki tubus keras dibagian moncongnya. Kebiasaan makannya termasuk pemakan dedaunan (herbivora).
Keanekaragaman jenis ikan asli Indonesia sebenarnya masih banyak yang berpotensi untuk dijadikan ikan terapi seperti nilem, contohnya ikan kutil (
Meiacanthus anema) dari suku Blenniidae. Ikan ini banyak dikenal di Pulau Wowuni, Sulawesi Tenggara, orang lokal kalau mau menghilangkan kutil cukup merendam di sungai yang ada ikan ini, maka kutilnya akan hilang diambil oleh ikan tersebut, namun jenis ini tidak bisa untuk memijit seperti nilem, karena mulutnya bergigi, manfaatnya hanya khusus untuk menghilangkan jaringan mati seperti kutil dan daging jadi lainnya. Habitatnya berupa air payau (estuarin) di mulut-mulut sungai bagian hilir, dan dapat teradaptasi dengan air tawar. Ikan ini memiliki pola warna yang indah, di badannya terdapat 3 garis horizontal berwarna hitam dengan badan dan sirip berwarna kebiruan.
Jenis asli ikan Indonesia lainnya adalah: Jenis-jenis potensial ikan asli Indonesia yang dapat diharapkan menjadi ikan terap diantaranya adalah:
Gara borneensis (Family: Cyprinidae), Ikan sumatra (Barbodes sumatrana, family: Cyprinidae), Rasbora spp (Family: Cyprinidae). Jenis-jenis ikan tersebut daerah penyebarannya (distribusi) ada di Indonesia bagian Barat (Jawa, Sumatra dab Kalimantan). Memiliki habitat berupa sungai dan danau. Ikan-ikan ini pola makannya berfifat herivora (pemakan tumbuhan.
Sementara jenis-jenis ikan yang berasal dari luar Indonesia diantaranya adalah: ikan Garra rufa (family: Cyprinidae), Ikan Chinchin (Oreochromis mossambicus, family: Ciclididae). Garra rupa berasal dari Negeri Turki, sementara ikan Chinchin awal muanya berasal dari Afrika.
Jenis ikan nilem Mangut mempunyai banyak kelebihan dibanding ikan terapi lainnya, yakni ikan dapat berukuran sedang (sekitar 10 in), mulutnya tidak bergigi, melainkan mulut ditutupi lipatan kulit lunak, berumbai dengan jonjotnya yang berupa otot elastis dan berguna untuk mengisap benda-benda yang disentuh mulutnya. Ikan ini bersifat herbivora (pemakan dedaunan) tidak galak dan jinak bisa bersahabat dengan manusia, bisa ditebar di kolam secara masal.

MANFAAT THERAPI :
Walaupun hasil penelitian mungkin belum sampai secara detil ke arah tarap uji klinis, namun orang telah terlanjur percaya bahwa terapi ikan memiliki banyak manfaatnya untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan. Manfaat tersebut diantaranya menghilangkan jaringan kulit mati, memperhalus kulit%.





Oleh :
Agus H. Tjakrawidjaja
Peneliti Ikan di Pusat Penelitian Biologi – LIPI
Tulisan dalam rangka menyambut Hari Biodiversitas di tahun 2010

Read more...

Produksi Perikanan Belum Merata

 
      Pemerintah mengklaim produksi perikanan budidaya 2010 meningkat 16,34 %.Tapi bagi sebagian praktisi dan pelaku usaha perikanan mempertanyakan kenaikan tersebut.
Ade Misbah dengan bangga menuturkan bisnisnya yang moncer pada 2010 lalu. Pengusaha budidaya KJA (Keramba Jaring Apung) di Waduk Cirata Jawa Barat itu menyebutkan ada kenaikan produksi ikan masnya. Hal ini didorong karena ada peningkatan permintaan komoditas tersebut , dari 100 – 150 ton per bulan pada 2009 menjadi 200 – 220 ton per bulan mulai April 2010. Kegembiraan Ade pun kian bertambah karena harga ikan mas pada 2010 juga sedang bagus yang berkisar Rp 12 – 14 ribu per kilogram.

      Kenaikan produksi juga dirasakanpembudidaya lele di Ciseeng, Bogor, Jaja Jamaludin. Ia mengatakan, produksinya untuk tahun ini naik karena konsumsi ikan berkumis itu juga tinggi. Kondisi itu mendorong lahirnya pemain-pemain baru sehingga mampu menggenjot produksi lele nasional. Tak heran jika capaian produksi lele nasional tahun ini mencapai 273.554 ton, melebihi target yang sebesar 270.600 ton. Harga lele juga naik menjadi Rp 10.500 – 11.000 per kilogram dari harga sebelumnya yang mencapai Rp 9 ribu per kilogram.

       Ade dan Jaja adalah contoh sempurna untuk memperkuat laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tentang produksi perikanan budidaya yang naik 16,34 %. Yakni dari 4.708.565 ton pada 2009 menjadi 5.478.062 ton pada 2010. Meski kenaikan tersebut tidak sesuai dengan target produksi yang ditetapkan sebelumnya sebesar 5.736.200 ton.
Kedua pembudidaya ikan air tawar itu hanya secuil potret yang pembudidaya ikan yang meraup sukses pada 2010. Faktanya, masih banyak pembudidaya perikanan yang tak seberuntung kedua orang tersebut karena harus berjibaku dengan cuaca yang mengganas sepanjang 2010.

      Menyoroti soal kenaikan produksi perikanan, Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), Thomas Darmawan menyatakan, produksi perikanan budidaya memang kelihatannya meningkat, tetapi itu untuk beberapa komoditas saja. Komoditas yang dimaksud Thomas antara lain ikan lele dan bandeng.
Ia menjelaskan, dari data KKP terlihat realisasi produksi bandeng terjadi peningkatan  23,7 %, dari 328.288 ton pada 2009 menjadi 483.948 ton di 2010. “Otomatis, proyeksi produksi bandeng sebesar 394.600 ton pun tercapai bahkan lebih,” ujarnya. Thomas menambahkan, naiknya produksi bandeng itu karena banyak petani garam yang mengalihfungsikan lahan kolam garam mereka menjadi kolam bandeng menyusul ketiadaan sinar matahari akibat cuaca ekstrem.

        Senada dengan Thomas, Direktur Pemasaran PT. Sinta Prima Feedmill, Anang Hermanta menilai, sebagian besar komoditas perikanan tidak mengalami peningkatan produksi. “Pertumbuhan perikanan budidaya baik tawar dan laut tidak merata, 2010 tidak sebaik 2009,” kata .

Perbedaan Data Produksi

       Soal produksi perikanan, Ketua Asosiasi Petani Rumput Laut Indonesia (Asperli) Arman Arfah berpendapat, pemerintah sebaiknya perlu mengkaji ulang nilai yang dikeluarkan untuk total produksi tahun kemarin. Sebab faktanya, tak ada komoditas perikanan yang tidak mengalami penurunan produksi gara-gara cuaca ekstrem selama 2010.
Rumput laut misalnya. Dari data Asperli, Arman menyebutkan terjadi penurunan produksi sebesar 7 – 10 % pada 2010 (rumput laut kering). Sedangkan catatan data sementara KKP, produksi rumput laut basah mengalami peningkatan dari 2.672.800 ton pada  2009 menjadi  3.082.113 ton di 2010.

Read more...

Ikan Psikedelik Unik dari Ambon

 

090224-frogfish-face-02Satu lagi nih, ikan unik asal Indonesia, tepatnya di Ambon. Uniknya adalah letak matanya yang ada di depan, mirip manusia. Padahal kebanyakan mata ikan ada di samping kemapa kan?Ikan aneh ini dinamakan ikan kodok karnivora alias Histiophryne psychedelica. Sebenarnya sudah ditemukan sejak setahun lalu di kedalaman 30 kaki lepas pantai Ambon. Dan pertama dilihat adalah sejak 20 tahun silam.

Beracun

Ted Pietsch dari University of Washington menetapkan bahwa ikan ini adalah genus Histiophryne. Melalui studi genetika dan data morfologi ia juga berpendapat bahwa ikan antik ini adalah spesies baru. Studi tersebut merupakan bagian dari National Science Foundation, dan dipublikasikan secara detail di jurnal Copeia.
Tampilan ikan ini sendiri sudah cukup unik, berwarna oranye terang dengan garis-garus putih dan hitam. Warna ini menjadi senjata bertahan dengan menyamarkan dirinya di antara karang dari sasaran predator. Ikan ini juga dijuluki sebagai ikan kodok psikedelik, tergolong beracun, sama dengan sesama genusnya yang rata-rata memiliki tampilan menarik namun berbahaya.

Read more...



Seni Kerajinan Tulang Tak Populer Tetap Diproduksi

        Meski seni kerajinan tulang khas Bali tidak terlalu populer seperti barang kerajinan berbahan baku kayu atau batu padas, namun para perajin setempat tetap memproduksinya sebagai matadagangan maupun pajangan benda seni.
Aneka kerajinan tulang tidak terlalu laku di pasaran ekspor maupun lokal, berbeda dengan produk aksesori berbahan baku kerang, perak dan patung kayu, tutur Ketut Sudiana, pengusaha di Denpasar, Jumat.
Pengusaha muda yang memiliki bengkel kerja aneka kerajinan tulang menampung belasan pekerja di Desa Tampaksiring itu mengatakan, pihaknya tetap memproduksi aksesori seperti anting-anting dan bros dari tulang sapi.
Toko-toko seni di Tampaksiring ada yang secara khusus memajang tengkorak kuda, sapi atau kerbau yang umurnya puluhan tahun diukir dengan corak khas Bali sebagai pajangan.
Namun jika ada tamu yang berminat, maka benda seni yang umumnya telah lama dipajang itu boleh dibeli dengan harga yang sesuai, katanya.
Kerajinan tulang memang tidak terlalu laku, tetapi menarik untuk barang pajangan, kata Sudiana sambil menunjukkan toko seni yang memajang ukiran tulang ikan hiu berukuran panjang tiga meter dan lebar 75 sentimeter.
Kerangka tulang bagian tubuh ikan hiu itu setelah dipahat kemudian dijadikan media lukis oleh para seniman, seperti untuk menggambarkan cerita pewayangan.
Dengan demikian tengkorak ikan tersebut menjadi barang antik dan dijadikan koleksi pemiliknya di toko yang khusus memajangkan hasil kerajinan tulang.
Barang seni seperti itu sudah berusia belasan tahun dan hanya sebagai pajangan, kata Sudiana sambil menyebutkan, Tampaksiring yang kaya akan peninggalan benda-benda purbakala, merupakan pusat kerajinan tulang di Bali.
Ia mengatakan, ukiran yang dipahat di atas tulang ikan jenis raksasa itu, hanya sebagai koleksi dan pernah ditawar seorang wisatawan asing Rp30 juta, namun tidak dijual oleh pemiliknya, hanya dijadikan barang antik.
Barang seni dengan bahan baku tulang ikan hiu tersebut, dipajang bersama belasan tengkorak kuda yang sudah diukir dengan corak khas itu, serta berbagai jenis tulang ternak seperti banteng.
“Kalau harganya cocok barang seni yang berbahan baku tulang dari ternak ini ya dijual,” kata Ketut sambil menyebutkan bahwa ukiran tulang ikan hiu yang ada satu-satunya itu, bisa dijual di atas seratus juta rupiah.
Turis dalam dan luar negeri dalam perjalanan wisata di Bali dan singgah di Tampaksiring, lebih banyak mengagumi barang seni jenis antik itu, dan hanya membeli berbagai jenis aksesoris berupa bros, anting-anting dari tulang.
Barang kerajinan berbahan baku tulang juga bisa dikombinasikan dengan perak, kerang, bahkan dengan kayu, sehingga cocok untuk anak-anak muda, namun tidak selaris perhiasan perak yang dipadukan dengan emas.
Pemahat maupun perajin tulang kesulitan mendapatkan bahan baku yang bagus, oleh sebab itu sangat sulit untuk bisa memenuhi permintaan pasar, sehingga realisasi perdagangan ekspornya relatif sedikit dan tidak segencar perak.
Disperindag Bali mencatat, devisa dari hasil kerajinan tulang yang pusatnya di Tampaksiring itu hanya 67.256 dolar AS selama Januari-Mei 2008, melorot hingga 67 persen jika dibandingkan periode sama 2007 seharga 208.153 dolar.

Read more...

Unik,Kerajinan Berbahan Tulang Ikan

KERAJINAN TULANG IKAN: Beberapa hasil kerajinan yang dibuat dari tulan ikan bandeng. (SM CyberNews/ Bambang Unjianto)

(Yogyakarta, CyberNews).

Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas lautan yang memiliki hasil perairan yang melimpah di antaranya ikan bandeng. Ikan bandeng banyak dibudidayakan di Indonesia karena mudah perkembangbiakannya. Adapun salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi sentra penghasil bandeng besar adalah provinsi Jawa Tengah khususnya di Kabupaten Pati.
Selama ini, pemanfaatan ikan bandeng hanya pada dagingnya sementara itu durinya dibuang begitu saja sehingga menjadi limbah di masyarakat seperti di Kabupaten Pati. Limbah tulang ikan bandeng yang dihasilkan oleh industri ikan bandeng setiap harinya mencapai 15 kg atau sekitar 5,4 ton per tahun. Oleh karena itu perlu pengolahan lebih lanjut agar limbah tulang ikan bandeng tidak menjadi sampah yang mencemari lingkungan dan dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Hal itu menggerakkan mahasiswa Fakultas MIPA UNY Jurusan Pendidikan Fisika Pipit Wijayanti, Wiji Aziiz Hari Mukti, Siti  Makhmudah, Sudarmani dan mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Kholida Agustin untuk memanfaatkan limbah duri bandeng sebagai bahan kerajinan yang memiliki nilai seni dan ekonomis yang tinggi.
Menurut Sudarmani, perolehan bahan baku duri ikan bandeng mudah didapat karena di Kabupaten Pati terdapat banyak pengolahan ikan bandeng. ''Tetapi tulang ikan bandeng belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga kami mencoba membuat inovasi baru dengan memanfaatkan limbah tulang ikan bandeng sebagai bahan kerajinan seni,'' katanya.
Pipit Wijayanti menambahkan, bahwa untuk mendapat limbah tulang bandeng di Yogyakarta mereka bekerja sama dengan pedagang pecel lele dan rumah makan padang yang berada di sekitar UNY. ''Tulang ikan bandeng tersebut kami buat tempat tisu, tempat pensil, hiasan meja, pigura dan juga blocknote,'' katanya.
Cara membuatnya cukup mudah, seperti diungkapkan Siti Mahmudah. Bahan yang dibutuhkan yaitu tulang ikan bandeng 1 kg, lem kayu 0,5 kaleng, plitur seperempat botol, cat 1 botol, serbuk kayu untuk hiasan dan kertas karton 1 buah. ''Misalkan akan membuat bingkai maka yang harus disiapkan adalah bahan baku dan alat, kemudian potong karton sesuai ukuran yang diinginkan kemudian menempelkan karton yang lebih kecil di setiap sisi karton tadi untuk membuat bingkai,'' ungkapnya.
Oleskan lem di bagian tengah bingkai kemudian taburkan serbuk kayu hingga merata. Langkah terakhir tempelkan tulang ikan bandeng sesuai pola yang yang diinginkan, begitu juga bagian di setiap tepi pigura. Kreativitas itu berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) tahun 2011 bidang kewirausahaan.

Read more...

Budidaya Ikan Lele

 
Ikan lele merupakan jenis ikan air Tawar yang dapat dibudidayakan. Alas an orang budidaya lele adalah dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas, cara lebih mudah, pemasarannya relatif mudah dan modal dapat dijangkau. Budidaya lele semakin meningkat setelah masuk jenis lele dumbo. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain cepat besar, telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.

Pertumbuhan yang cepat tanpa memperhatikan pengelolaan induk menyebabkan kualitas lele menurun. Penurunan kualitas dapat karena perkawinan inbreeding. Ini menyebabkan penurunan derajat penetasan, pertumbuhan lambat, daya tahan penyakit menurun.

Pertumbuhan awal lele dapat memanfaatkan makan dari plankton, cacing, insekta dan lain – lain. Tetapi untuk pembesaran dianjurkan untuk memakai pellet karena akan meningkatkan effisiensi dan pruduktifitas. Budidaya lele dapat dilakukan di areal pada ketinggian 1 m - 800 m dpi.

Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial.

Budidaya lele dapat dilakukan di kolam tanah, bak permanent maupun bak plastic. Usahakan air dapat mengalir mengalir. Sumber air dapat berasal dari air sungai mapun air sumur. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air. Keasaman air yang ideal antara 6-9.


Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran sesuai dengan lokasi. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.

Pelaksanaan budidaya lele :

a. Persiapan kolam tanah (tradisional)
    Siapkan kolam tanah. Lakukan pencangkulan tanah dasar kolam dan ratakan. Berikan kapur ke dalam kolam bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam.

Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2. Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan alami.

b. Persiapan kolam tembok
    Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.

c. Penebaran Benih
    Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih perlakuan penyesuaian suhu dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.

d. Pemberian Pakan
    Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 2 – 3 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.

e. Pemanenan
    Ikan lele akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15 - 20 cm.  Budidaya lele di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Predator yang biasanya menyerang antara lain ular, burung atau predator lainnya. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp. Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam.

Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.

Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan. Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air. Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak. Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit. Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air). Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK. Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik. Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru. Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.
 
Contoh Gambar :
 
 
 


 
 

Read more...

Beberapa Macam Olahan Ikan

>> Kamis, 27 Oktober 2011

STIK IKAN TENGGIRI



Bahan Membuat Stik Nuget Tenggiri :
  • Ikan Tenggiri 150 gram
  • Tepung tapioka 50 gram
  • Telur ayam 2 biji
  • Bawang putih goreng 1 sendok makan
  • Jamur kuping 50 grm, cincang kasar
  • Garam secukupnya
  • Gula 1 sendok teh
  • Merica bubuk secukupnya
  • Tepung pangko 150 grma
  • Tepung terigu 100 gram
  • Minyak Goreng 1 liter
Cara Membuat Stik Nuget Tenggiri :
  1. Haluskan ikan tenggiri dalam food processor. Masukkan tepung tapioka, bawang putih da 1 butir telur. Giling hingga rata.
  2. Tambahkan semua bumbu, masukkan jamur. Aduk rata.
  3. Ratakan adonan dalam loyang beralas plastik. Kukus hingga matang. Angkat, potong 1,5 x 3 cm
  4. Lumuri adonan dengan terigu. Celupkan dalam telur, gulingkan diatas tepung pangko.
  5. Panaskan minyak, goreng stik ikan hingga matang. angkat, sajikan dengan saus sambal atau saus tomat.
Untuk 40 buah

KELEZATAN NUGGET IKAN LELE

Ikan lele merupakan salah satu hasil peternakan yang kaya akan gizi. Ikan lele (Clarias spp.) merupakan ikan air tawar yang dapat hidup di tempat-tempat kritis, seperti rawa, sungai, sawah, kolam ikan yang subur, kolam ikan yang keruh, dan tempat berlumpur yang kekurangan oksigen. Hal ini dimungkinkan karena ikan lele mempunyai alat pernapasan tambahan, yakni arborecent. Ikan lele dapat pula dipelihara di tambak air payau asal kadar garamnya tidak terlalu tinggi.
Ikan lele termasuk dalam famili Claridae dan sering juga disebut mud fish atau catfish. Di Indonesia, ikan lele dikenal dengan beberapa nama daerah, seperti ikan maut (Sumatera Utara dan Aceh), keling (Sulawesi Selatan), dan cepi (Bugis).
Penyebaran lele di Indonesia meliputi Jawa, Sumatera, Bangka, Belitung, Kalimantan, Singkep, dan Sulawesi. Di Indonesia, terdapat lima jenis ikan lele lokal yang sangat terkenal, yakni Clarias batrachus L (lele, kalang, maut, cepa), Clarias leiacanthus Blkr (keli, penang), Clarias nieuhofi CV (lindim, lembat, kaleh), Clarias melanoderma Blkr (duri, wais, wiru), dan Clarias teysmani Blkr (lele kembang, kalang putih). Di antara kelima jenis ini, hanya Clarias batrachus L. yang paling sering dijumpai dan dipelihara karena dagingnya yang lezat.

Pada tahun 1980-an, masuklah varietas lele baru yang dikenal sebagai ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang berasal dari Afrika. Lele dumbo memiliki ukuran yang besar, sehingga dikenal sebagai king catfish. Selain itu, dari segi rasa, ikan lele dumbo lebih unggul daripada lele lokal. Meski demikian, beberapa orang masih tetap fanatik dengan lele lokal karena beberapa alasan tertentu. Dilihat dari komposisi gizinya ikan lele juga kaya fosfor. Nilai fosfor pada ikan lele lebih tinggi daripada nilai fosfor pada telur yang hanya 100 mg. Peran mineral fosfor menempati urutan kedua setelah kalsium.
Peluang usaha pengembangan olahan ikan lele masih besar. Nugget salah satu bentuk olahan dari yang dapat dikembangkan. Respon konsumen terhadap nugget cukup bagus mengingat sekarang ini orang juga memperhatikan kepraktisan sebuah produk. Nugget dapat disimpan dalam bentuk beku. Pengolahan nugget juga dapat memperpanjang daya simpan daging ikan lele. Nugget ikan lele berpotensi untuk dikembangkan. Nugget ikan lele dapat dikonsumsi baik anak-anak maupun orang dewasa.  Rasa nugget lele memang sedikit unik namun tetap lezat sebagai hidangan pelengkap. Nugget merupakan makanan yang disukai anak-anak maupun orang dewasa karena rasanya yang mengundang selera.
Berikut adalah bahan yang dibutuhkan dan cara pembuatan nugget lele :
a) Bahan-bahan
- Ikan lele 250 g
- Telur 1 butir
- Tepung roti 25 g
- Bawang putih 2 siung
- Keju 50 g
- Kecap 1 sendok makan
- Minyak goreng secukupnya
- Bahan pencelup sebelum digoreng
o Tepung roti 25 g
o Telur 1 butir
b) Peralatan
- Kompor
- Gilingan daging
- Penumbuk
- Dandang
- Baskom plastik
- Pisau
- Wajan
c) Cara membuat
Adapun proses pembuatan nugget ikan adalah sebagai berikut:
1. Bersihkan ikan dari sirip, tulang dan bagian lain yang tidak diinginkan lalu cuci hingga bersih
2. Haluskan daging dengan gilingan daging atau penumbuk atau blender.
3. Campur daging hasil gilingan dengan seluruh bahan, lalu uleni hingga merata.
4. Masukkan adonan ke dalam dandang dan kukus selama 25 menit, lalu dinginkan
5. Potong-potong adonan sesuai dengan selera
6. Celupkan potongan adonan ke dalam telur, kemudian gulingkan ke tepung roti beberapa kali.
7. Goreng potongan adonan sampai kering.
8. Nugget siap dikemas atau dimakan.
(Sumber : www.budiboga.blogspot.com)
 

Read more...

Definisi Perikanan

Memahami aspek ekonomi perikanan tidaklah lengkap tanpa memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan perikanan dari berbagai perspektif. Kegiatan menangkap ikan dan membudi dayakan ikan telah berlangsung ribuan, bahkan puluhan ribu tahun yang lalu. Dengan demikian kegiatan perikanan merupakan proses pembelajaran kolektif dalam kurun waktu yang cukup lama tersebut. Oleh karenanya dalam memahami konsep perikanan, berbagai perspektif ini harus dikaji terlebih dahulu sehingga kita tidak terpaku pada pengertian sesaat yang mungkin berlaku pada konteks ruang dan waktu yang berbeda.
Perikanan memegang peranan sangat penting dalam peradaban manusia dari zaman prasejarah hingga zaman modern. Lalu apa sebenarnya perikanan itu sendiri? lstilah perikanan atau fishery memang bisa membingungkan karena banyaknya definisi yang digunakan baik secara teknis maupun nonteknis. Untuk itu terlebih dahulu harus kita pahami bersama apa itu perikanan sehingga kita memiliki persepsi yang sama mengenai hal ini.
Secara umum, Merriam-Webster Dictionary mendefinisikan perikanan sebagai kegiatan, industri atau musim pemanenan ikan atau hewan laut lainnya. Definisi yang hampir serupa juga ditemukan di Encyclopedia Brittanica yang mendefinisikan perikanan sebagai pemanenan ikan, kerang-kerangan (shellfish) dan mamalia laut. Sementara Hempel dan Pauly (2004) mendefiniskan perikanan sebagai kegiatan eksploitasi sumber daya hayati dari laut (Hempel dan pauly, 2004). Definisi di atas memang membatasi pada perikanan laut karena perikanan memang semula berasal dari kegiatan hunting (berburu) yang harus dibedakan dari kegiatan farming seperti budi daya. Dalam artian yang lebih luas, perikanan tidak saja diartikan aktivitas menangkap ikan (termasuk hewan invertebrata lainnya sepertifinfish atau ikan bersirip) namun juga termasuk kegiatan mengumpulkan kerang-kerangan, rumput laut dan sumber daya hayati lainnya dalam suatu wilayah geografis tertentu.
Definisi yang lebih luas diberikan oleh Lackey (2005) yang mengartikan perikanan sebagai suatu sistem yang terdiri dari tiga komponen yakni biota perairan, habitat biota, dan manusia sebagai pengguna sumber daya tersebut. Setiap komponen tersebut akan mempengaruhi performa perikanan. Lackey (2005) kemudian membagi perikanan ke dalam berbagai kelompok atau tipe berdasarkan beberapa sifat antara lain:
1. Jenis lingkungan: contoh, perikanan air tawar, danau, laut, sungai, bendungan.
2. Metode pemanenan: contoh, perikanan trawl, purse seine, dip net, dsb
3. Jenis akses yang diizinkan: contoh, perikanan akses terbuka (open access), perikanan open access dengan regulasi, perikanan dengan akses terbatas.
4. Concern organisme, contoh: perikanan salmon, udang, tuna, kepiting
5. Berdasarkan tujuan penangkapan: perikanan komersial, sub-sisten, perikanan rekreasi
6. Derajat kealaman dari hewan target: total dari alam, semi budi daya, atau total budi daya.
Dalam konteks bahasan perikanan sehari-hari baik tatanan praktis maupun ilmiah, definisi Lackey barangkali yang lebih umum digunakan karena cakupan yang lebih luas daripada definisi yang lain. Lebih jauh Lackey (2005) memperkirakan bahwa saat ini kegiatan perikanan telah melibatkan lebih dari 4000 spesies hewan perairan dengan dominasi jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomi tinggi seperti tuna, udang, salmon, cod, dan crabs (khususnya di perairan Alaska).
Definisi di atas tentu saja sebatas definisi ilmiah yang berlaku secara umum. Dalam konteks legal, Indonesia mengartikan perikanan melalui pengertian yang dituangkan dalam aturan perundang-undangan. Undang-Undang No 31 Tahun 2004 tentang perikanan yang diubah dalam UU No 45/2009 mendefinisikan perikanan sebagai:
“semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan..”
(UU 31/2004 Bab l pasal 1 ayat 1).


Read more...

Identifikasi Eksternalitas Terhadap Perikanan

Identifikasi Eksternalitas Terhadap perikanan secara umum

Perikanan secara umum adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
Identifikasi Eksternalitas  perikanan secara umum yang dilakukan adalah identifikasi jenis-jenis eksternalitas yang timbul baik positif maupun negatif yang merupakan dampak langsung maupun tidak langsung.

Eksternalitas Positif

-          Potensi perikanan masih tinggi
Potensi perikanan di Indonesia dapat dikatakan masih sangat tinggi karena sektor perikanan tangkap dan budidaya perikanan sangat besar. Potensi yang besar ini menjadi dorongan untuk membuat dunia perikanan Indonesia semakin maju karena kalau soal sumberdaya Indonesia tidak perlu dipertanyaakan lagi potensinya yang sangat besar itu.
-          Kebijakan pemerintah yang mendukung
Sekarang pemerintah sedang menggalakkan minapolitan pada semua daerah yang berpotensi perikanannya. Dengan adanya dukungan ini akan mempercepat dan mempermudah meningkatnya perikanan di setiap daerah di Indonesia.
-          Pembangunan perikanan merupakan pendukung ketahanan pangan.
Ketahanan pangan dunia sekrang sedang terancam, ini menjadi kesempatan Indonesia untuk meningkatkan perikanan demi ketahanan pangan Indonesia dan Ekspor untuk ketahanan pangan dunia.
-          Meningkatkan konsumsi ikan

Semakin tingginya konsumsi ikan/gemar makan ikan di Indonesia dan dunia tentu akan meningkatkan tuntutan produksi perikanan untuk lebih besar sehingga perikanan dapat lebih maju.
-          Bertambah baiknya teknologi perikanan
Produksi perikanan yang tinggi tidak akan tercapai bila teknologi produksinya masih tradisional. Dengan teknologi perikanan yang semakin tinggi dan ramah lingkungan maka produktifitas perikanan pun akan semakin tinggi.


Eksternalitas Negatif

-          Menurunnya ekosistem.

Dengan menurunnya kualitas ekosistem makan sudah tentu akan menurunkan produksi perikanan. Oleh sebab itu ekosistem perairan Indoensia harus dijaga dan dilestarikan.
-          Iklim dan cuaca yang buruk akibat pemanasan global.
Iklim dan cuaca yang buruk dapat mempersulit perikanan terutama perikanan budidaya. Karena ikan budidaya sangat rentan terhadap perubahna iklim dan cuaca sehingga perlu betul-betul dijaga dan diperhatikan.
-          Lemahnya kerangka hukum dalam hal pengaturan dan perangkat hukum penegaknya.
Karena lemahnya hukum terutama hukum perariran dan kelautan, akan semakin memperlemah perikanan Indoensia. Karena kurangnya  perlindungan dan pengawasan terhadap perikanan terutama bagian ilegal fishing.
-          Masuknya pemodal besar yang melakukan transaksi di luar TPI
TPI tidak lagi dijadikan tempat transaksi oleh pemodal besar sehingga pihak dari perikanan tidak memperoleh untuk yang besar karena sudah harga sudah dimainkan oleh pihak ketiga di luar TPI.
-          Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menurus ke konflik kepentingan antar alat, sektor dan regional.
Setiap bagian perikanan yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda, hanya mendahulukan kepentingannya sendiri dari kepentingan bersama. Sehingga sektor perikanan sudah tidak menjadi prioritas melainkan orang yang terdapat di dalamnya.



Identifikasi Eksternalitas Terhadap Perikanan Tangkap Secara Khusus

Identifikasi Eksternalitas  perikanan tangkap secara khusus yang dilakukan adalah identifikasi jenis-jenis eksternalitas yang timbul baik positif maupun negatif yang merupakan dampak langsung maupun tidak langsung.


Eksternalitas Positif

-          Meningkatnya konsumsi ikan
Semakin tingginya konsumsi ikan/gemar makan ikan di Indonesia dan dunia tentu akan meningkatkan tuntutan produksi perikanan untuk lebih besar sehingga perikanan dapat lebih maju.
-          Bertambah baiknya teknologi alat tangkap ramah lingkungan
Dengan teknologi yang semakin baik maka hasil tangkap akan semakin besar dan lingkungan tetap terjaga sehingga dapat memproduksi lebih banyak ikan lagi
-          Kebijakan pemerintah mendukung
Sekarang sudah banyak kebijakan pemerintah yang mengarahkan untuk peningkatan perikanan di Indonesia terutama pada bidang budidaya.


Eksternalitas Negatif

-          Potensi perikanan tangkap menurun terus
Karena di beberapa daerah di Indoensia penangkapan sudah tergolong over fishing sehingga potensinya sudah menurun. Sehingga tidak dapat meningkatkan perikanan tangkap karena harus dilakukannya pemulihan dulu yang membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
-          Kerusakan dan pencemaran perairan

Pada perikanan tangkap kerusakan lingkungan dapat menurunkan perikanan Indonesia. Karena tidak ada lagi tempat yang baik untuk ikan makan, tumbuh, dan berkembang biak sehingga jumlah ikan akan terus menurun.
-          Lemahnya kerangka hukum dalam hal pengaturan dan perangkat hukum penegaknya
Akibat lemahnya hukum dapat membuat ilegal fishing semakin merajalela. Sehingga perikan Indonesia akan semakin jatuh dan tertinggal.
-          Alat tangkap yang semakin produktif
Alat tangkap yang terlalu produktif menjadi efek negatif bagi perikanan tangkap karena biasanya mengesampingkan ramah lingkungan. Sehingga alat itu dapat menangkap banyak ikan tapi merusak ekosistem tempat ikan itu berkembang.

Read more...

Salah Satu Jenis Ikan

Ikan mas
Ikan mas
Ikan mas
Status konservasi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cypriniformes
Famili: Cyprinidae
Genus: Cyprinus
Spesies: C. carpio
Nama binomial
Cyprinus carpio
(Linnaeus, 1758)
Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia.
Di Indonesia, ikan mas memiliki beberapa nama sebutan yakni kancra, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya.

Sistematika dan Morfologi

Ahli perikanan Dr. A.L Buschkiel dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis ikan karper menjadi dua golongan, yakni pertama, jenis-jenis karper yang bersisik normal dan kedua, jenis kumpai yang memiliki ukuran sirip memanjang. Golongan pertama yakni yang bersisik normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni pertama kelompok ikan karper yang bersisik biasa dan kedua, bersisik kecil.
Sedangkan Djoko Suseno (2000) mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias.
Ikan karper sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan karper bersisik penuh dan ras ikan karper bersisik sedikit. Kelompok ras ikan karper yang bersisik penuh adalah ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah ikan karper majalaya, ikan karper punten, ikan karper si nyonya dan ikan karper merah atau mas. Sedangkan yang tergolong dalam ras karper bersisik sedikit adalah ikan karper kaca yang oleh petani di Tabanan biasa disebut dengan nama karper gajah. Untuk kelompok ras ikan karper hias, beberapa di antaranya adalah karper kumpay, kaca, mas merah dan koi.
Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya.

Sejarah Perkembangannya di Indonesia

Menurut Djoko Suseno (2000), di Indonesia pertama kali ikan karper berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budi daya yang sangat penting.
Sementara itu, menurut R.O Ardiwinata, (1981) ikan karper yang berkembang di Indonesia diduga awalnya berasal dari Tiongkok Selatan. Disebutkan, budi daya ikan karper diketahui sudah berkembang di daerah Galuh (Ciamis) Jawa Barat pada pertengahan abad ke-19. Masyarakat setempat disebutkan sudah menggunakan kakaban - subtrat untuk pelekatan telur ikan karper yang terbuat dari ijuk – pada tahun 1860, sehingga budi daya ikan karper di kolam di Galuh disimpulkan sudah berkembang berpuluh-puluh tahun sebelumnya.
Sedangkan penyebaran ikan karper di daerah Jawa lainnya, dikemukakan terjadi pada permulaan abad ke-20, terutama sesudah terbentuk Jawatan Perikanan Darat dari “Kementrian Pertanian” (Kemakmuran) saat itu.
Dari Jawa, ikan karper kemudian dikembangkan ke Bukittinggi (Sumatera Barat) tahun 1892. Berikutnya dikembangkan di Tondano (Minahasa, Sulawesi Utara) tahun 1895, daerah Bali Selatan (Tabanan) tahun 1903, Ende (Flores, NTT) tahun 1932 dan Sulawesi Selatan tahun 1935. Selain itu, pada tahun 1927 atas permintaan Jawatan Perikanan Darat saat itu juga mendatangkan jenis-jenis ikan karper dari Negeri Belanda, yakni jenis Galisia (karper gajah) dan kemudian tahun 1930 didatangkan lagi karper jenis Frankisia (karper kaca). Menurut Djoko Suseno (2000), kedua jenis karper tersebut sangat digemari oleh petani karena rasa dagingnya lebih sedap, padat, durinya sedikit dan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan ras-ras lokal yang sudah berkembang di Indonesia sebelumnya.
Pada tahun 1974, seperti yang dikemukakan Djoko Suseno (2000), Indonesia mengimpor ikan karper ras Taiwan, ras Jerman dan ras fancy carp masing-masing dari Taiwan, Jerman dan Jepang. Sekitar tahun 1977 Indonesia mengimpor ikan karper ras yamato dan ras koi dari Jepang. Ras-ras ikan karper yang diimpor tersebut dalam perkembangannya ternyata sulit dijaga kemurniannya karena berbaur dengan ras-ras ikan karper yang sudah ada di Indonesia sebelumnya sehingga terjadi persilangan dan membentuk ras-ras baru.

Syarat dan Kebiasaan Hidup

Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%o.
Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.

Perkembangbiakan

Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas Bering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air.
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.
Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg.
Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya.
Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram.
Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar perairan atau dasar kolam untuk mencari makanan.

Jenis-jenis Ikan Mas (Karper)

Saat ini, banyak sekali jenis ikan mas yang beredar di kalangan petani, baik jenis yang berkualitas tidak terlalu tinggi hingga jenis unggul. Setiap daerah memiliki jenis ikan mas favorit, misalnya di Jawa Barat, ikan mas yang paling digemari adalah jenis ikan mas majalaya. Di daerah lain, jenis ini belum tentu disukai, begitu juga sebaliknya. Perbedaan tersebut biasanya dipengaruhi oleh selera masyarakat dan kebiasaan para petani yang membudidayakannya secara turun-temurun.
Dari beberapa jenis ikan mas yang telah dikenal masyarakat, varietas majalaya termasuk jenis unggul. Buktinya, varietas ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian tahun 1999 dalam rangka HUT ke-25 Badan Litbang Pertanian.
Jenis-jenis ikan mas secara umum dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yakni ikan mas konsumsi dan ikan mas hias. Jenis ikan mas konsumsi adalah jenis-jenis ikan mas yang dikonsumsi atau dimakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi yang berasal dari hewan. Sementara itu, jenis ikan mas hias umumnya digunakan untuk memenuhi kepuasan batin atau untuk hiasan (pajangan) dan dipelihara di kolam-kolam taman atau akuarium.

Ikan Mas Konsumsi

1. Ikan Mas Punten
Ras ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1933 di Desa Punten, Malang, Jawa Timur. Tubuhnya relatif pendek, tetapi bagian punggungnya lebar dan tinggi. Karena itu, bentuk badan ikan mas punten terkesan membuntak atau bulat pendek (big belly). Perbandingan antara panjang total dan tinggi badan adalah 2,3-2,4:1. Warna sisik hijau gelap, mata agak menonjol, gerakan tubuhnya lambat, dan bersifat jinak.
2. Ikan Mas Sinyonya atau Putri Yogya
Tidak diketahui pasti asal-usul nama ikan jenis ini. Beberapa orang menyebutkan, ikan mas ini mudah sekali bertelur sehingga disebut sinyonya. Bentuk tubuhnya memanjang (long bodied form) dan punggungnya lebih rendah dibandingkan dengan ikan mas punten. Perbandingan antara panjang dan tinggi badannya sekitar 3,66:1.
Sisiknya berwarna kuning muda seperti warna kulit jeruk sitrus. Mata ikan yang masih muda agak menonjol, kemudian berubah menjadi sipit ketika ikan sudah mulai tua. Sifat ikan mas sinyonya lebih jinak dibandingkan dengan ikan ras punten. Ikan mas sinyonya memiliki kebiasaan berkumpul di permukaan air.
Fekunditas atau jumlah telur ikan mas sinyonya 85.000—125.000 dan diameternya 0,3—1,5 mm. Induk ikan mas sinyonya jantan akan matang kelamin pertama pada umur 8 bulan, sedangkan yang betina pada umur 18 bulan. Ikan mas ini tahan terhadap parasit Myxosporea. Kisaran toleransi pH-nya 5,5—8,5.
3. Ikan Mas Taiwan
Ikan mas taiwan memiliki bentuk badan yang memanjang dan bentuk punggung seperti busur agak membulat. Sisiknya berwarna hijau kekuningan hingga kuning kemerahan di tepi sirip dubur dan di bawah sirip ekor. Ikan mas taiwan sangat responsif terhadap makanan sehingga akan saling berebut ketika diberi pakan. Diduga nenek moyang ikan mas ini berasal dari Taiwan, kemudian diintroduksi dan dikembangkan di Indonesia.
4. Ikan Mas Merah
Ciri khas dari ikan mas ini adalah sisiknya yang berwarna merah keemasan. Gerakannya aktif, tidak jinak, dan paling suka mengaduk-aduk dasar kolam. Bentuk badannya relatif memanjang. Dibandingkan dengan ras sinyonya, posisi punggungnya relatif lebih rendah dan tidak lancip. Matanya agak menonjol.
5. Ikan Mas Majalaya

Ikan mas hitam
Sesuai dengan namanya, ikan mas ini berkembang pertama kali di daerah Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ukuran badannya relatif pendek dan punggungnya lebih membungkuk dan lancip dibandingkan dengan ras ikan mas lainnya. Perbandingan antara panjang dan tinggi tubuhnya adalah 3,2:1.
Bentuk tubuhnya semakin lancip ke arah punggung dan bentuk moncongnya pipih. Sifat ikan mas ini relatif jinak dan biasa berenang di permukaan air. Sisiknya berwarna hijau keabuan dan bagian tepinya berwarna lebih gelap, kecuali di bagian bawah insang dan di bagian bawah sirip ekor berwarna kekuningan. Semakin ke arah punggung, warna sisik ikan ini semakin gelap.
Ikan mas majalaya memiliki keunggulan, di antaranya laju pertumbuhannya relatif cepat, tahan terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila, rasanya lezat dan gurih, dan tersebar luas di Indonesia. Fekunditas atau jumlah telur yang dihasilkan ikan mas majalaya tergolong tinggi, yakni 84.000—110.000 butir per kilogram induk.
5. Ikan Mas Yamato
Ikan mas ini kurang populer di kalangan petani ikan mas di Indonesia. Bentuk tubuhnya memanjang. Sisiknya berwarna hijau kecokelatan. Ikan mas ini banyak ditemukan dan dibudidayakan di Asia Timur, seperti Cina dan Jepang.
6. Ikan Mas Lokal
Ikan mas ini sebenarnya belum bisa digolongkan sebagai salah satu ras atau jenis ikan mas. Meskipun demikian, ikan ini justru paling banyak ditemukan di lapangan dan paling banyak dikenal oleh petani ikan dewasa ini.
Bentuk tubuh dan warnanya merupakan kombinasi dari beberapa jenis ikan mas yang sudah ada. Secara umum, bentuk tubuhnya memanjang dan matanya tidak sipit. Kemungkinan besar ikan ini muncul akibat perkawinan silang yang tidak terkontrol dengan jenis-jenis ikan mas lain yang ada di masyarakat.

[sunting] Ikan Mas Hias

Jenis-jenis ikan mas yang digolongkan ke dalam kelompok ikan mas hias sebagai berikut.
1. Ikan Mas Kumpay
Ciri yang menonjol dari ikan mas kumpay adalah semua siripnya panjang dan berumbai sehingga tampak indah ketika sedang bergerak. Warna sisiknya sangat bervariasi, ada yang putih, kuning, merah, dan hijau gelap. Bentuk badannya memanjang seperti ikan mas sinyonya. Pertumbuhannya tergolong lambat. Kadang-kadang, ikan mas ini juga dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi.
2. Ikan Mas Kancra Domas
Bentuk tubuhnya memanjang. Gerakannya mirip ikan mas taiwan, yakni selalu aktif dan kurang jinak. Sisiknya berukuran kecil dan susunannya tidak beraturan. Warna sisiknya bervariasi, ada yang biru, cokelat, atau hijau. Sisik punggungnya berwarna gelap. Semakin ke arah perut, warnanya semakin terang keperakan atau keemasan.

Karper kaca
3. Ikan Mas Kaca
Ciri khas ikan ini adalah sebagian tubuhnya tidak tertutup sisik. Bagian yang tidak tertutup sisik sepintas tampak bening, mirip kaca. Di sepanjang gurat sisi (linea lateralis) dan di sekitar pangkal siripnya terdapat sisik berwarna putih mengilap. Sisik tersebut berukuran besar dan tidak seragam.
4. Ikan Mas Fancy
Bentuk tubuh ikan mas ini memanjang. Sisiknya berwarna putih, kuning, dan merah. Pada tubuhnya terdapat totol-totol berwarna hitam. Karena warnanya yang bermacam-macam itulah ikan mas ini disebut fancy.

Koi
5. Ikan Mas Koi
Ikan mas koi atau yang lebih populer disebut koi (saja) ini berasal dari Jepang. Mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980. Bentuk badannya bulat memanjang. Warna sisiknya beragam, ada putih, kuning, merah menyala, hitam, atau kombinasi dari warna-warna tersebut.
Hobiis ikan mas umumnya menyukai ikan koi jenis bastar karena warna dan pola totolnya yang indah dan menarik. Ikan koi disukai hobiis karena gerakannya lambat dan cukup jinak.
Ikan koi memiliki beragam nama yang disesuaikan dengan pola dan warna tubuhnya, misalnya platinum nishikigoi, shusui nishikigoi, shusi nishikigoi, kohaku nishikigoi, dan taishusanshoku nishikigoi.

Read more...

Mengenal Jenis-Jenis Usaha Perikanan

Didalam dunia usaha perikanan dikenal 3 jenis bidang usaha, yaitu usaha perikanan tangkap, usaha perikanan budidaya atau akuakultur serta usaha perikanan pengolahan.
Masing – masing jenis bidang usaha ini mempunyai karakteristik operasional produksi tersendiri yang akan berpengaruh langsung terhadap munculnya berbagai jenis biaya.
Berdasarkan sifatnya, secara umum biaya usaha terdiri dari 3 jenis, yaitu biaya investasi, biaya tetap serta biaya variabel. Berikut ini adalah uraian mengenai bentuk – bentuk pengeluaran yang terdapat diketiga jenis bidang usaha perikanan :

Usaha Perikanan Tangkap
Usaha perikanan tangkap adalah sebuah kegiatan usaha yang berfokus untuk memproduksi ikan dengan cara menangkap ikan yang berasal dari perairan darat (sungai, muara sungai, danau, waduk dan rawa) atau dari perairan laut (pantai dan laut lepas).
Contoh : usaha penangkapan ikan tuna, ikan sarden, ikan bawal laut dan lain – lain. Biaya – biaya yang muncul :

Biaya investasi, meliputi :
1. Pengadaan kapal atau perahu.
2. Pengadaan mesin – mesin.
3. Pengadaan alat tangkap.
4. Pengadaan alat bantu penangkapan.

Biaya tetap, meliputi :
1. Pembuatan SIUP.
2. Pembuatan Pas Biru.
3. Biaya perawatan kapal atau perahu, mesin, alat tangkap serta alat bantu penangkapan.
4. Biaya penyusutan.

Biaya variabel, meliputi :
1. Biaya pembelian oli.
2. Biaya pembelian BBM.
3. Biaya pembelian es batu.
4. Biaya perbekalan melaut.
5. Biaya retribusi pelelangan ikan hasil tangkapan.
6. Biaya sistem bagi hasil.

Usaha Perikanan Budidaya atau Akuakultur
Usaha perikanan budidaya atau akuakultur adalah sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk memproduksi ikan dalam sebuah wadah pemeliharaan yang terkontrol serta berorientasikan kepada keuntungan. Contoh : budidaya ikan lele, ikan gurami, ikan nila, ikan patin dan lain – lain. Biaya – biaya yang muncul :

Biaya investasi, meliputi :
1. Biaya pengadaan lahan.
2. Biaya konstruksi kolam.
3. Pengadaan pompa.
4. Pengadaan alat bantu penangkapan, seperti jaring.
5. Pengadaan genset.

Biaya tetap, meliputi :
1. Pembuatan SIUP.
2. Pembuatan Pas Biru.
3. Biaya perawatan kolam, pompa serta alat bantu penangkapan.
4. Biaya penyusutan.

Biaya variabel, meliputi :
1. Biaya pembelian benih.
2. Biaya pembelian pakan.
3. Biaya pembelian pupuk.
4. Biaya pembelian kapur.
5. Biaya pembelian obat – obatan.
6. Biaya panen.

Usaha Perikanan Pengolahan
Usaha perikanan pengolahan adalah sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah yang dimiliki oleh sebuah produk perikanan, baik yang berasal dari bidang usaha perikanan tangkap maupun usaha perikanan budidaya atau akuakultur.
Selain itu, kegiatan usaha ini juga bertujuan untuk mendekatkan produk perikanan ini ke pasar dengan harapan dapat diterima oleh konsumen yang lebih luas. Contoh : pembuatan nugget ikan, bakso ikan dan kerupuk ikan. Biaya – biaya yang muncul :

Biaya investasi, meliputi :
1. Biaya pengadaan lahan.
2. Biaya konstruksi bangunan.
3. Pengadaan alat bantu pengolahan ikan.

Biaya tetap, meliputi :
1. Pembuatan SIUP.
2. Biaya perawatan bangunan.
3. Upah tenaga kerja tetap.
4. Biaya penyusutan.

Biaya variabel, meliputi :
1. Biaya pembelian bahan baku berupa ikan.
2. Biaya pembelian minyak.
3. Biaya pembelian garam.
4. Biaya pembelian air.
5. Upah tenaga kerja harian.

Contoh Gambar :



Read more...

Ulasan Jenis Perikanan singkat

>> Rabu, 26 Oktober 2011

Mengenal Jenis-Jenis Perikanan

Didalam dunia usaha perikanan dikenal 3 jenis bidang usaha, yaitu usaha perikanan tangkap, usaha perikanan budidaya atau akuakultur serta usaha perikanan pengolahan.

Masing – masing jenis bidang usaha ini mempunyai karakteristik operasional produksi tersendiri yang akan berpengaruh langsung terhadap munculnya berbagai jenis biaya.

Berdasarkan sifatnya, secara umum biaya usaha terdiri dari 3 jenis, yaitu biaya investasi, biaya tetap serta biaya variabel. Berikut ini adalah uraian mengenai bentuk – bentuk pengeluaran yang terdapat diketiga jenis bidang usaha perikanan :

Jangan Takut Usaha Perikanan, Pemerintah Mendukung Anda

Salah satu bentuk kemauan politik dari pemerintah yang ditujukan untuk memajukan sektor perikanan dan kelautan adalah dengan dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan.

Departemen ini dibentuk secara khusus hanya untuk menangani semua permasalahan perikanan di Indonesia.

Selain itu, berbagai macam perundang – undangan telah banayak dikeluarkan utnuk memberikan payung hukum bagi proses pembangunan sektor perikanan.

Read more...

Lorem

About Me

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Perikanan
Hanya mahasiswi yang ingin selalu maju
Lihat profil lengkapku

Followers

  © Blogger template Snowy Winter by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP